Telp : +62370633077

MADRASAH UNGGULAN DALAM PERSPEKTIF KASUBDIT GTK MA/MAK

MADRASAH UNGGULAN DALAM PERSPEKTIF KASUBDIT GTK MA/MAK

Kasubdit_GTK_MA_MAK.jpg Gambar. Kolase Pembinaan Bapak HM. Sidik Sisdiyanto selaku Kasubdit GTK MA/MAK Kementerian Agama Republik Indonesia di Gedung Aula Pembelajaran Terpadu MAN 2 Mataram.

Mataram- Konsekuensi yang harus dijalankan sebagai Penyelenggara Madrasah Unggulan Indonesia sekelas MAN 2 Mataram yakni harus berlari, melompat bahkan mau tidak mau terbang tinggi mengepakkan sayap ke segala penjuru dunia.

Untuk mengisi dan mewujudkan konsekuensi ini, MAN 2 Mataram dalam satu bulan terakhir secara marathon melakukan berbagai kegiatan. Disambung dengan pelaksanaan Madrasah Reform Award, lalu menghadapi Tim Audit Kinerja dari Inspektorat Jenderal (IRJEN) Kemenag RI plus hari ini mendapatkan Pembinaan dari Kasubdit GTK MA/MAK Kemenag RI.

Rentetan kegiatan itu meski cukup menguras waktu, tenaga dan pikiran, namun warga madrasah merasa bersemangat melakukannya. Apalagi hari ini mendapat kesempatan emas mendapatkan pembinaan dari Bapak Kasubdit, urai Bapak Kepala Madrasah.

Dalam pengarahannya, Bapak HM. Sidik Sisdiyanto selaku Kasubdit GTK MA/MAK mengurai jika ada enam hal pokok atau fundamental yang harus dimiliki MAN 2 Mataram sebagai salah satu penyelenggara Madrasah Unggulan, yakni; (1) menciptakan kondisi belajar yang nyaman, (2) kekompakan tim, (3) sami'na wa atho'na pada pimpinan, (4) beradaptasi dengan perkembangan teknologi, (5) memiliki komitmen bersama, dan (6) menggalakkan moderasi beragama.

Terkait penciptaan kondisi belajar yang nyaman, tentu harus ada energi positif. Biasanya energi positif ini menular. Ini bermakna bahwa seorang Kepala Madrasah harus mampu menjadikan lingkungan madrasah lebih nyaman dan penuh dengan rasa kekeluargaan. Jika sudah tercipta kedua hal tersebut, lama-lama akan timbul rasa memiliki yang tinggi dari warga madrasah dan pasti merasa bangga menjadi bagian dari Keluarga Besar MAN 2 Mataram.

Selain itu, pada kesempatan itu Pak Kasubdit juga mengingatkan bahwa Kepala Madrasah harus membangun komunikasi yang baik dengan berbagai pihak, salah satunya dengan pengawas madrasah. Beliau mengibaratkan bahwa jalinan komunikasi Kepala Madrasah dengan Pengawas seperti metamorfosa kupu-kupu dan guru diibaratkan sebagai ulatnya.

Tinggal gurunya itu memilih apakah menjadi ulat sutera atau ulat biasa. Jika ulat sutera, maka ia akan menjelma menjadi sosok guru yang elegan, penuh dengan inovasi dan kreativitas. Sementara guru dengan analogi ulat biasa merupakan sosok yang tengil, teladan (telat datang-pulang duluan) dan selalu ingin tahu urusan orang lain.

Hal selanjutnya yakni harus ada kekompakan tim. Ini sangat penting dalam membangun sebuah lembaga besar semisal MAN 2 Mataram. Dengan menumbuhkan budaya kerja yang baik, seiya-sekata, maka ia akan menjadi suguhan indah nan mempesona.

Laksana tabuhan gendang dari sebuah group musik, bukan hanya enak didengar namun juga enak dipandang. Pak Kasubdit menegaskan bahwa kekompakan tim itu yakni ‘bekerja bersama, ini bermakna semua warga madrasah bersama-sama bekerja, bahu-membahu. Bukan ‘bekerja sama’ karena bisa jadi maknanya diplintir dengan ‘ada yang bekerja ada yang tidak di waktu yang bersamaan’.

Sami'na Wa atho'na atau taat pada pimpinan merupakan hal yang tidak boleh disepelekan. Jangan pernah mendua, jika ingin sebuah lembaga bisa berjalan sesuai dengan yang kita inginkan. Pimpinan hanya satu. Jika pimpinan melakukan semua berdasarkan regulasi, maka tidak ada alasan bagi warga madrasah untuk tidak menta'atinya.

Gayut dengan perkembangan teknologi sebagai salah satu penciri Madrasah Unggulan, guru harus melek teknologi. Sumber belajar sudah sedemikian komplitnya tersedia di internet. Cukup dengan sekali klik, bahan sudah ada dalam genggaman. Tinggal guru memilih mana yang sesuai dengan kebutuhan.

Apalagi adanya Pandemi mengharuskan banyak orang terutama guru untuk melek teknologi. Meski tidak dipungkiri kegiatan tatap muka tidak bisa tergantikan. Namun efek pandemi memaksa guru untuk menjadi pribadi yang penuh inovasi dan kreativitas. Keadaan yang tidak menentu hampir dua tahun terakhir juga menuntut guru dan siswa belajar dengan cara daring.

Begitu banyaknya tuntutan yang melelahkan, jika keadaan tidak berubah, lama-lama generasi muda tidak bisa memiliki ilmu yang memadai. Bagaimanapun juga belajar dengan tatap muka masih sangat diperlukan. Banyaknya tuntutan, kadang membuat guru dan siswa mengeluh.

Diperlukan kesabaran dan tentu keterampilan yang memadai untuk menghadapinya. jangan sampai cara belajar daring akan berubah menjadi darting (darah tinggi), kata pak Sidik sambil tersenyum simpul. Untuk itu para guru hendaknya memiliki banyak keterampilan termasuk keterampilan dalam memahami transformasi digital dengan baik.

Hubungannya dengan peningkatan kualitas lembaga, harus ada lompatan yang tinggi. Bila perlu ada pakta integritas yang baru yang dibuat oleh pimpinan. Di samping harus memiliki kebersamaan komitmen untuk memajukan lembaga bersama-sama. Warga madrasah bergandengan tangan, menyatukan visi dan misi untuk tujuan mulia tersebut.

Demikian juga dengan Moderasi Beragama. Satu hal ini sedang trending (naik daun) di Kemenag RI. Moderasi Beragama atau sikap moderat yang harus dianut oleh warganya. Beragamnya suku, agama, ras, adat istiadat di Indonesia merupakan khazanah kekayaan yang memperkuat keberadaan Indonesia sebagai bangsa yang besar. Meski tidak bisa dipungkiri, tidak sedikit yang memilih radikal terhadap keberagaman ini, namun tak jarang juga yang bersikap moderat dalam menghadapinya.

Artinya bahwa ia sebagai pribadi netral dalam menyikapi keberagaman. Ia sangat menghormati perbedaan. Baik perbedaan agama maupun perbedaan sosial. Perbedaan merupakan sebuah keniscayaan, sehingga perbedaan harus dihadapi dengan kebijaksanaan bukan dengan kemarahan. Salah satu sikap moderat ini terlihat dengan dipupuknya sikap toleransi. Sikap toleransi ini merupakan elemen dasar yang dibutuhkan untuk menumbuhkan sikap saling memahami dan saling menghargai perbedaan yang ada.

Perbedaan yang heterogen itu tidak mengurangi kedamaian hidup berdampingan dalam harmoni. Terkait dengan hal ini, warga madrasah harus menanamkan pemahaman kepada siswa bahwa kebe-ragam-an dalam menghormati keber-agama-an itu sangat penting. Sikap ini akan diimplementasikan pada lingkungan sekitar siswa. Sehingga akan terbentuk sikap: bagimu agamamu- bagiku agamaku-engkau tetap-lah temanku.

Menutup uraiannya, pak Kasubdit menghimbau para guru untuk bijak bersosial media, agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Guru juga dituntut cerdas dalam memilah dan memilih konten yang akan diupload di sosial media. Bila perlu saring dulu sebelum di-sharing. Karena guru itu sosok yang harus digugu dan ditiru. Lisannya ilmu-perilakunya teladan (transfer of attitude).

Terakhir, Beliau berharap semua warga madrasah hidup dalam kerukunan dan kedamaian, tetap sehat dan semangat sehingga memiliki energi yang memadai dalam mewujudkan madrasah mandiri berprestasi!!! [Siti Rahmi-Humas M2M].

INFO TENTANG MAN 2 MATARAM JUGA BISA DILIHAT DI:

IG:Humas MAN 2 Mataram

FB:Humas MAN 2 Mataram

YT:Humas MAN 2 Mataram

Website: www.man2mataram.net

Email: humasman2mataram@gmail.com

share:

Tinggalkan Komentar Anda