Telp : +62370633077

DUTA HARMONI MAN 2 MATARAM MEWAKILI NTB KE GRAND FINAL

IMG-20210805-WA0021.jpg Gambar- Khairul Hamim Santri MANPK_MAN 2 Mataram sebagai Duta Moderasi yang Mewakili Nusa Tenggara Barat.

Mataram- Khairul Hamim, biasa kami memanggilnya dengan Hamim merupakan salah satu santri MANPK MAN 2 Mataram yang multitalenta. Santri yang terlahir 20 November 2003 ini, baru saja naik ke kelas XII. Hamim memiliki berbagai prestasi.

Deretan prestasi itu seperti: Juara 1 Lomba Esai tingkat Nasional di Malang yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Thursina, Juara 3 Lomba Puisi Tingkat Nasional Generasi Emas (Germas) Kepulauan Riau, Juara 2 tingkat Provinsi pada Lomba Cerdas-Cermat Islam (CCI) dan Debat yang diselenggarakan oleh SMAN 1 Mataram tingkat Provinsi, Juara 2 CCI yang diselenggarakan oleh MAN 1 Mataram juga tingkat provinsi dan berbagai ajang bergengsi lainnya yang diselenggarakan oleh sejumlah Kementerian, LIPI, dan ragam Perguruan Tinggi bonafide di Indonesia.

Hamim aktif di berbagai kegiatan di madrasah. Ia tercatat sebagai salah satu anggota Karya Ilmiah Remaja (KIR), Remush (Remaja Mushala) dan Mudabbir atau Ketua Divisi Ta’lim wal Ibadah di asrama MANPK. Sebuah divisi yang mengurus peribadahan dan membantu berjalannya tutorial atau ta’lim bagi santri. Hamim juga merupakan Pengurus Daerah Persatuan Pelajar Indonesia (PII).

Sosok yang penuh semangat ini bercerita, jika semua kegiatan itu menyenangkan dan sama sekali tidak merepotkan. Alhamdulilah dunia akhiratnya dapat, tuturnya. Semua kegiatan ia ikuti dengan riang dan selalu berpikir positif.

Baru-baru ini Hamim beserta salah satu temannya Selvi Mandasari kembali mewakili MAN 2 Mataram dalam ajang bergengsi yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Pusat, yakni Pemilihan Duta Harmoni.

Ajang Duta Harmoni merupakan even Nasional yang diselenggarakan oleh Kemenag RI guna mencari bibit-bibit unggul yang bisa dijadikan duta terkait moderasi beragama dan akulturasi budaya di Indonesia. Dua kandidat yang dikirim MAN 2 Mataram, Hamim-lah yang lolos sampai ke Grand Final.

Pemilihan Duta Harmoni ini diikuti oleh kurang lebih 750 Madrasah Aliyah se-Indonesia, baik Negeri maupun Swasta. Adapun Esai dan Video Hamim, terkait Moderasi Agama yakni: Moderasi Beragama dan Pendidikan Anti Korupsi melalui Kearifan Budaya Indonesia.

Proses pemilihan Duta Harmoni ini lumayan menghabiskan waktu yang lama. Mulai dari pengiriman video, penulisan esai, sampai dengan kampanye kandidat. Awalnya seleksi dilakukan dengan mengambil 100 besar video terbaik plus esai mengenai rencana aksi nyata kandidat. Kemudian panitia seleksi kembali melakukan perampingan dengan mengambil 50 besar kandidat.

Ke-50 kandidat ini merupakan wakil dari seluruh provinsi di Indonesia yang akan dibimbing dan diberikan materi sebanyak tujuh kali secara daring dan luring. Teknis daring dan luring ini juga akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi, tentunya berkaitan dengan aksi nyata seorang duta di tengah masyarakat.

Semua kandidat yang lolos ke grand final oleh panitia dibagi ke dalam lima kelompok dan dibimbing oleh dua orang fasilitator. Pada akhirnya nanti akan dipilih enam finalis yang akan diberikan hadiah dan penghargaan oleh Menteri Agama Republik Indonesia.

Penilaian dilakukan berbarengan dengan pembinaan, ini merupakan cara panitia untuk melihat kesungguhan dan tanggung jawab para kandidat dalam mengikuti program. Aksi nyata masing-masing kandidat akan dilakukan dengan kampanye atau sosialisasi moderasi beragama di masyarakat.

Teknisnya bisa melalui jejaring sosial, semisal FB, Instagram, Line, Twitter, Whatsapp atau bisa saja kandidat terjun langsung ke masyarakat sesuai dengan rancangan aksi nyata yang telah dibuat.

Pembinaan baru berjalan dua bulan untuk dua kali pertemuan. Itu pun melalui daring aplikasi zoom meeting. Masih ada sekitar enam materi lagi yang akan diselesaikan dalam enam bulan. Jika kondisi stabil, pembinaan secara luring akan dilakukan. Semua kandidat akan dikumpulkan di Jakarta untuk bertemu dan berbagi ilmu dan pengalaman mengenai moderasi beragama di daerah masing-masing.

Moderasi merupakan kata yang kerap kali muncul di permukaan akhir-akhir ini. Kata moderasi dalam bahasa Arab diartikan sebagai al-wasathiyah. Secara bahasa al-wasathiyah berasal dari kata wasath. Al-Asfahaniy mendefenisikan wasath dengan sawa'un yaitu tengah-tengah di antara dua batas dengan keadilan. Ulama lain juga mengartikan wasathan dengan menjaga diri dari bersikap tanpa kompromi bahkan meninggalkan garis kebenaran agama.

Beragamnya suku, agama, ras, adat istiadat di Indonesia merupakan khazanah kekayaan yang tak terbantahkan. Keberagaman ini tentu saja melahirkan sikap dan kepercayaan yang heterogen. Tidak sedikit yang memilih radikal terhadap keberagaman ini, namun tak jarang juga yang bersikap moderat dalam menghadapinya.

Artinya bahwa ia sebagai pribadi netral dalam menyikapi perbedaan. Ia sangat menghormati perbedaan. Baik perbedaan agama maupun perbedaan sosial. Perbedaan merupakan sebuah keniscayaan, sehingga perbedaan harus dihadapi dengan kebijaksanaan bukan dengan kemarahan.

Guna menghindari adanya konflik di masyarakat, maka Lomba Duta Harmoni ini dilaksanakan. Tujuannya tentu agar siswa madrasah memiliki penguatan pengembangan karakter dalam moderasi beragama lebih awal. Di Pulau Lombok, kegiatan moderasi beragama plus akulturasi budaya bisa diamati melalui gelaran Lebaran Topat dan Perayaan Imlek.

Perang topat adalah sebuah acara adat yang diadakan di Pura Lingsar, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Perang ini merupakan simbol perdamaian antara umat Muslim dan Hindu di Lombok. Perang yang dimaksud dilakukan dengan saling melempar topat di antara masyarakat Muslim dengan masyarakat Hindu.

Ketupat yang telah digunakan untuk berperang seringkali diperebutkan, karena dipercaya bisa membawa kesuburan bagi tanaman agar hasil panen melimpah. Kepercayaan ini sudah berlangsung ratusan tahun dan masih terus dijalankan.

Indahnya perbedaan ini juga nampak ketika Imlek datang. ‘Dengan Cine’ (Orang Cina) Muslim Lombok yang bermukim di seputaran Cakra, Praya, Pancor atau pun Gerung juga berbahagia karena even ini bisa dijadikan sebagai ajang silaturrahim dengan keluarga Tionghoa mereka. Berkumpul bersama keluarga besar disertai jamuan makan dan pembagian angpao (THR) sebagaimana perayaan Lebaran oleh kaum Muslim di Indonesia pada umumnya.

Lombok, meski dikenal dengan Pulau Seribu Masjid, namun tidak bisa dipungkiri jika pulau ini juga ditinggali berbagai etnis. Karenanya Lombok juga dikenal sebagai daerah pluralis. Sebab, di samping dihuni oleh suku Sasak, juga dihuni oleh etnis Tionghoa, Bali, Jawa, Arab, Bugis, Sumbawa dan Mbojo (Bima dan Dompu).

Etnis Tionghoa atau ‘Dengan Cine’ (orang Cina) demikian masyarakat Sasak suka menyebutnya, meski merupakan kaum non-Sasak tulen, namun keberadaannya mampu memberikan warna tersendiri dan telah mampu merebut hati masyarakat asli di Lombok.

Imlek kini menjadi salah satu wujud kekayaan kultural yang telah berhasil menempati ruang hati masyarakat Indonesia dan mampu memberikan makna baru bagi perkembangan akulturasi budaya di tanah air.

Tetap semangat Hamim, mudah-mudahan berhasil terpilih menjadi Duta Harmoni Indonesia tahun ini. Kita berharap, adanya even ini dan even-even serupa bisa menjadi angin segar bagi pembentukan karakter pemuda Indonesia masa kini. Sehingga pribadi moderat, anti korupsi, tidak memihak (netral) terhadap golongan tertentu, menghormati dan menghargai perbedaan terpatri dalam diri.

Adanya perbedaan tidak mengurangi kedamaian hidup berdampingan dalam harmoni. Tentu saja untuk Indonesia Tangguh-Indonesia Tumbuh. MERDEKA! [Siti Rahmi-Humas M2M].

INFO TENTANG MAN 2 MATARAM JUGA BISA DILIHAT DI:

IG:Humas MAN 2 Mataram

FB:Humas MAN 2 Mataram

YT:Humas MAN 2 Mataram

Website: www.manduamataram.sch.id

Email: humasman2mataram@gmail.com

share:

Tinggalkan Komentar Anda