Telp : +62370633077

ALUMNI MAN 2 MATARAM KEMBALI MENYAPA YAMAN

ALUMNI MAN 2 MATARAM KEMBALI MENYAPA YAMAN

IMG-20211023-WA0024.jpg Gambar. Ashabul Yamin Alumni MANPK MAN 2 Mataram berpose dengan latar belakang kota Tarim-Yaman

Kota Tarim- Perjalanan takdir setiap orang tidak ada yang mampu mengetahuinya. Demikian juga dengan jodoh dan usia bahkan tempat untuk melanjutkan studi. Meski sudah direncanakan sebelumnya, namun keputusan akhir tetap hak prerogatif Allah SWT. Semuanya sudah tertulis di lauhil mahfuz ribuan tahun silam. Demikian juga dengan perjalanan seorang Alumni MAN 2 Mataram yang tengah menapaki negeri yang dikenal sebagai negeri Rasulullah ini.

Yaman, Negeri Rasulullah yang penuh berkah. Siapa pun akan merasa nyaman di sana. Negeri yang ramah dengan dikelilingi bukit-bukit indah nan memukau. Dalam catatan sejarahnya, Republik Yaman adalah sebuah negara di Jazirah Arab di Asia Barat Daya, bagian dari Timur Tengah. Yaman juga berbatasan dengan Laut Arab di sebelah Selatan, Teluk Aden dan Laut Merah di sebelah barat, Oman di sebelah timur dan Arab Saudi di sebelah utara. Orang-orang keturunan Arab di Indonesia sebagian besar berasal dari negara ini.

Jika dulu Arsega dan Syarif; dua orang alumni MAN 2 Mataram sudah mengaji di Darul Mustafa Hadratul Maut. Kini ada alumni lagi yang sudah beberapa bulan menjejakkan kaki di negeri ini. Nama lengkapnya Ashabul Yamin. Ia merupakan pemuda asal Mujur Praya Timur Lombok Tengah. Lahir 27 Januari 2004 yang lalu, otomatis saat ini Ashab berusia 17 Tahun. Usia yang terbilang masih belia untuk menuntut ilmu jauh dari orang tua dan kampung halaman.

Ashab baru saja menamatkan pendidikannya di MANPK MAN 2 Mataram. Keputusan untuk melanjutkan studi di Tarim sesungguhnya merupakan keputusan yang tidak sederhana. Sempat ada keraguan dalam hatinya, karena ia juga berkeinginan untuk melanjutkan ke negeri lain dan masalah utamanya ia tidak memiliki gambaran sama sekali tentang negeri ini.

Usia yang belum bisa dikatakan sebagai usia yang cukup matang untuk memutuskan hal ini. Ia hanya tahu dari google dan cerita para ustaznya di madrasah. Namun, berbekal tekad, semangat dan restu kedua orang tuanya, ia sudah siap lahir bathin melanjutkan pendidikannya di Timur Tengah.

Ketika ditanya tentang perasaan yang dirasakan ketika pertama kali datang ke negeri ini. Ia menuturkan bahwa ia senang dan terharu karena negeri inilah yang menjadi impian dan cita-citanya ketika masih menuntut ilmu di MANPK dulu.

Meski tidak dipungkiri bahwa terkadang ia kangen dengan kampung halaman. Dan hal ini merupakan hal yang sangat normal dan manusiawi. Setiap orang pasti pernah merasakannya. Namun, Ashab tidak lantas larut dalam kesedihan. Malah ia menjadikan itu sebagai pelecut semangatnya untuk terus maju dan segera menuntaskan pendidikannya.

Ashab menuntut ilmu di Ma’had Tarim Al-Ghana. Salah satu madrasah favorit mahasiswa atau santri Indonesia selain Darul Musthafa. Pondok Pesantren ini menitikberatkan pada pembelajaran Bahasa Arab bagi santri yang berasal dari negara yang tidak berbahasa Arab. Program lainnya juga terkait Pendidikan khusus yang berkaitan dengan Ilmu Syari’at, Da'wah dan Akhlak sesuai dengan apa yang dibutuhkan ummat di era modern ini.

Pemuda ini berangkat ke Yaman atas rekomendasi pondok tempat ia mengajar kitab yakni Pondok Anwar Daril Ittihad Bogak Praya. Di Pondok ini, ia juga memperdalam Bahasa Arab khusus utuk persiapan ke Tarim. Hanya dua bulan belajar dan dianggap mampu oleh pimpinan pondok, lalu ia diminta untuk menyiapkan berkas seperti passport, visa dan lain-lain.

Ia mengaku sangat bersyukur karena sebelumnya ia memiliki dasar Bahasa Arab dan Kitab selama menempuh Pendidikan di MANPK MAN 2 Mataram. Jadi ketika melanjutkan mengajinya di Bogak, rasanya seperti mengulang apa yang sudah diberikan waktu di MANPK dulu, jadi belajar serasa nikmat dan dipermudah, tuturnya.

Untuk diketahui, Madrasah Ma’had Tareem al-Ghana merupakan madrasah yang memiliki misi menyiapkan para santri yang memiliki kecintaan mempelajari al-Qur’an sehingga menjadi mahir dalam membaca, menulis dan berbicara Bahasa Arab. Adapun tujuannya yakni: (1) Menanamkan pada jiwa santri rasa cinta dan pengagungan terhadap Bahasa al-Qur’an serta mengenalkan para santri bagian-bagian yang indah dalam Bahasa al-Qur’an. (2) Mengajarkan para santri pelafalan atau pengucapan mufradat (kosa kata) Bahasa Arab dengan benar disertai dengan cara penyusunan frase serta teknik berbahasa dengan baik dan benar.

Tujuan lainnya yakni: (3) Mengajarkan para santri cara membaca, menulis dan berbicara Bahasa Arab dengan benar dalam berkomunikasi dengan orang lain, (4) Membiasakan santri cara-cara mengungkapkan gagasan atau pendapat dengan menggunakan Bahasa Arab secara baik dan jelas, baik secara verbal maupun secara tertulis serta (5) Menggabungkan studi Bahasa Arab dengan Pendidikan Ilmu Syari’at, Akhlak dan Da’wah Ilahiah.

Ditanya alasan memilih Negara Yaman sebagai tempat mengaji, Ashab dengan tenang menceritakannya. Bait-demi bait begitu teratur dan mengalir lancar mengalir dari bibirnya. Ia mengatakan bahwa mengaji di sini aman dan nyaman. Alasannya Tarim dikenal sebagai Kota Ilmu dan Ulama.

Deretan instansi formal sekelas Darul Musthafa, Universitas Al Ahgaff, Ribat Tarim dan Madrasah Ma’had Tareem al-Ghana menjadi madrasah favorit mahasiswa yang berasal dari Indonesia. Serta puluhan halakah belajar ilmu agama yang betebaran di masjid-masjid Kota Tarim ini. Asyiknya lagi, instansi-instansi tersebut memudahkan akses belajar dengan menggratiskan semua orang baik penduduk setempat maupun mahasiswa internasional (orang asing).

Ashab melanjutkan ceritanya jika Instansi-instansi formal itu juga menganut cara pembelajaran seperti aliran Merdeka Belajar yang dianut oleh kampus-kampus bonafid di tanah air. Salah satunya yakni, meski mahasiswa belajar di Kampus A, maka ia boleh ikut belajar di kampus B. Dengan catatan jadwal mengaji atau kuliahnya tidak bentrok dengan jadwal di kampus awalnya. Kegiatan ini seperti pagi kuliah di kampus awal, mereka bisa mengambil tambahan di waktu sore, bahkan malam hari mereka bisa belajar tentang ilmu agama lainnya. Atau bisa saja mereka mengambil mata kuliah atau dirasah yang berbeda-beda.

Di samping banyak instansi yang menggratiskan mahasiswanya, terdapat banyak masjid juga yang menyediakan halakah belajar untuk umum. Halakah (majlis) biasanya akan diisi oleh seorang Syeikh dengan kompetensi yang sesuai dengan latar belakang keilmuannya (expert). Untuk sanad atau hubungan keilmuannya tidak perlu diragukan lagi.

Sudah pasti sanad keilmuannya langsung nyambung dengan Rasulullah SAW. Karena sebagai salah satu persyaratan seorang Syeikh mengajar yakni latar belakang keilmuan harus jelas dan pasti serta memiliki ijazah sanad keilmuan yang bisa dipercaya (credible) dengan Rasulullah serta tidak diragukan lagi kemampuannya dalam mengajar (public speaking)-nya.

Begitu mudahnya orang belajar ilmu agama di Tarim ini, sampai julukan 'Surga Dunia' pun disematkan di kota ini. Ini wajar mengingat kebiasaan masyarakatnya yang menyukai halakah zikir dan ilmu sebagaimana Rasulullah menyebutnya sebagai Kebun Surga. Meski Yaman secara umum masih dalam suasana peperangan, namun masyarakat kota Tarim hidup dalam keadaan aman dalam menjalankan Syari’at Islam. Ini karena negeri ini dipenuhi dengan ulama hebat sehingga Allah SWT memelihara mereka dari hal yang membahayakan.

Ashab berharap kemudahan, kesehatan dan kelancaran dalam menuntut ilmu. Ia juga berharap kesehatan untuk asatiz dan asatizahnya serta kedua orang tuanya. Mudah-mudahan apa yang diharapkannya dapat tercapai. Hakkul yakin do’a akan dikabulkan, karena ia menuntut ilmu di tempat yang suci. Negeri Rasulullah, negeri para ulama sedunia. Mudah-mudahan begitu Ashab kembali ke tanah air sudah layak menyandang gelar the next Tuan Guru di Gumi Sasak yang kita cintai ini. Proud of you, Ashab!

[Siti Rahmi-Humas M2M].

INFO TENTANG MAN 2 MATARAM JUGA BISA DILIHAT DI:

IG:Humas MAN 2 Mataram

FB:Humas MAN 2 Mataram

YT:Humas MAN 2 Mataram

Website: www.man2mataram.net

Email: humasman2mataram@gmail.com

share:

Tinggalkan Komentar Anda